Sabtu, 26 November 2011

Pemanasan Global

Pemanasan global

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Ini adalah versi stabil, diperiksa pada tanggal 31 Juli 2011. Ada 1 perubahan tertunda menunggu peninjauan.
Akurasi
Terperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Pengendalian pemanasan global

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Presentase untung, rugi, dan rabat

Menentukan Besar Dan Persentase Untung, Rugi, Harga Jual, Harga Beli, Rabat, Bunga Tunggal Dalam Kegiatan Ekonomi
1.Menentukan harga jual , harga beli dan untung/rugi.
 a)  Harga jual adalah sebuah uang yang daterima.
 b)  Harga jual adalah sebuah uang yang dikeluarkan.
 c)  Untung: jika harga jual  dari harga beli.
 d) Rugi: jika harga jual  dari harga beli.
 e) Impas: jika harga jual = harga beli.
 Contoh:
  Seorang pedagang membeli sebuah sepeda seharga Rp370.000,00. Setelah diperbaiki dengan biaya Rp45.000,00 kemudian dijual laku Rp405.000,00. Berapa rupiah untung atau rugi pedagang tersebut ?
 Jawab:
Lengkapilah!
Harga beli = Rp.... + .... = ....
Harga jual = Rp....
Rugi            = Rp.... –Rp ....= ....

 
2.Menentukan Prosentase Laba (Untung) atau Rugi.
 Prosentase Laba =  x 100%.
 Prosentase Rugi =  x 100%.
 Contoh:
 Ira membeli gula seharga Rp5.000,00  lalu dijual dengan harga Rp5.500,00.
 Tentukan prosentase untung atau ruginya!
Jawab:    Harga  Pembelian     = Rp . . . .
                     Harga Penjualan       = Rp . . . .
                     Untung                       = Rp5.500,00 – Rp . . . . = Rp . . . .
                     Prosentase Untung =    x 100% = . . .%.
3.Menentukan Harga Jual, Jika Prosentase Untung/Rugi Diketahui.
 Contoh:
 Pak Edi membeli pesawat televisi  Rp1.200.000,00. Setelah beberapa waktu dijual ternyata   mengalami untung Rp 12%. Hitunglah berapa rupiah harga jualnya ?
 Jawab :
Untung 12%  dari Rp1.200.000,00 =  x Rp1.200.000,00 = Rp144.000,00
Jadi harga jualnya = Rp1.200.000,00 + Rp144.000,00 = Rp . . . .
4.Menetukan Harga Beli, Jika Prosentase Untung/Rugi Diketahu
Contoh:
Jika prosentase untung misalkan p%, maka:
Harga Beli (jika untung) =  x Harga Beli
 

Jika Prosentase Rugi misalkan q%,  maka:
Harga Beli (jika rugi) =  x Harga Jual
 



 Contoh:
Seorang pedagang menjual TV14” seharga Rp990.000,00. Hitunglah berapa harga pembelian jika:
a) Mendapat untung 10% !
b) Menderita rugi 10% !
Jawab:
a)Untung = 10%, pembelian = 100%, maka penjualan = 100% + 10% = ....%
   Harga Pembelian =  x Rp990.000,00 = Rp . . . .
b) Rugi = 10%, Pembelian = 100%, maka pembelian = 100% - 10% = . . . %
    Harga Pembelian =  x Rp . . . = Rp . . . .

Jenis- jenis manusia purba

JENIS - JENIS MANUSIA PURBA

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pada zaman atau kala Pleistosin hidup beberapa jenis manusia purba. Secara ringkas kehidupan manusia purba disajikan dalam tabel di bawah ini.

Homo Sapiens merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelumnya dan telah menunjukkan bentuk seperti manusia pada masa sekarang. Fosil jenis manusia ini ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

Tugas

Sebutkan jenis - jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, penemu, tempat dan tahuan penemuannya!

Rangkuman

Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah yang terletak di negara Myanmar. Di samping itu, di Indonesia banyak ditemukan fosil dan artefak dari manusia purba.

Pada awalnya, masyarakat pra aksara hidup secara nomaden. Dalam perkembangannya, kehidupan mereka mengalami perubahan dari nomaden menjadi semi nomaden. Akhirnya, mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pra aksara menggunakan beberapa jenis peralatan, baik yang terbuat dari batu maupun logam. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara telah menghasilkan kebudayaan materi (fisik).
Di samping kebudayaan fisik, masyarakat pra aksara juga telah menghasilkan kebudayaan rohani, yaitu aliran kepercayaan animisme dan dinamisme.

Berdasarkan hasil - hasil kebudayaan, maka zaman pada masa pra aksara dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

  1. zaman batu dan
  2. zaman logam.

Pola Kehidupan Masyarakat Pra Aksara

POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT PRA AKSARA

Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia - manusia pada masa lampau, di mana mereka belum mengenal tulisan sebagai cirinya. Kehidupan masyarakat pra aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

  1. kehidupan nomaden,
  2. kehidupan semi nomaden, dan
  3. kehidupan menetap.
Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra aksara tidak dapat dijadikan dasar pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembagian zaman, maka masyarakat pra aksara hidup pada zaman batu dan zaman logam.

Secara garis besar, pembagian zaman pra aksara dapat dibedakan sebagai berikut:

Pembagian zaman pra aksara di atas, dapat dijadikan dasar dalam menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, kalian dapat belajar berpikir kritis. Misalnya, untuk mendukung pendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu, kalian harus memiliki argumen yang kuat, logis, dan objektif.
Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain. Tahapan perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut:

Pola Kehidupan Nomaden

Nomaden artinya berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam. Buah - buahan, umbiumbian, atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian.

Apabila mereka ingin makan ikan, maka mereka tinggal menangkap ikan di sungai, waduk, atau tempat - tempat lain, di mana ikan dapat hidup. Apabila mereka ingin makan daging, maka mereka tinggal berburu untuk menangkap binatang buruannya. Adapun cara menangkap ikan atau binatang buruannya, tentu berbeda dengan yang kita lakukan sekarang. Mereka tidak pernah memelihara ikan atau binatang ternak lainnya.

Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan makanan yang akan dikumpulkan telah habis, mereka kemudian berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.

Mereka tinggal di alam terbuka seperti hutan, di bawah pohon, di tepi sungai, di gunung, di gua, dan di lembah - lembah. Pada waktu itu, lingkungan alam belum stabil dan masih liar atau ganas. Oleh karena itu, setiap orang harus berhati - hati terhadap setiap ancaman yang dapat muncul secara tiba - tiba. Ancaman yang paling membahayakan adalah binatang buas. merupakan musuh utama manusia dalam hidup dan kehidupannya.

Berkaitan dengan kehidupan yang kurang aman, maka untuk menuju ke suatu tempat, mereka biasanya mereka mem memilih jalan dengan menelusuri sungai. Perjalanan melalui sungai dipandang lebih mudah dan aman dari pada melalui daratan (hutan) yang sangat berbahaya. Sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi, akhirnya timbul pemikiran untuk membuat rakit - rakit sebagai alat transportasi. Bahkan dalam perkembangannya, masyarakat pra aksara mampu membuat perahu sebagai sarana transportasi melalui sungai.

Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat - alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri - ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:

  • selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
  • sangat bergantung pada alam,
  • belum mengolah bahan makanan,
  • hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
  • belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
  • peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
Lama kelamaan, masyarakat pra aksara menyadari bahwa makanan yang disediakan oleh alam sangat terbatas dan akhirnya akan habis. Oleh karena itu, cara hidup yang sangat bergantung pada alam harus diperbaiki. Caranya adalah dengan menanami lahan - lahan yang akan ditinggalkan agar dapat menyediakan bahan makanan yang lebih banyak pada waktu yang akan datang. Di samping itu, para wanita dan anak kecil tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan makanan atau berburu binatang.

Pola Kehidupan Semi Nomaden

Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara - cara mengolah bahan makanan.

Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri - ciri sebagai berikut:

  • mereka masih berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat lain;
  • mereka masih bergantung pada alam;
  • mereka mulai mengenal cara - cara mengolah bahan makanan;
  • mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
  • di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
  • sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
  • peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
  • di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.

Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa - sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.

Pola Kehidupan Menetap

Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah, konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.

Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:

  • setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
  • setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain;
  • para wanita dan anak - anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
  • wanita dan anak - anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
  • mereka dapat menyimpan sisa - sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
  • mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
  • mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
  • mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;
  • mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:

  • memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
  • memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia;
  • lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah;

Tugas

Kerjakan secara kelompok yang terdiri dari 4 - 5 siswa!

  • Mengapa masyarakat pra aksara selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain?
  • Mengapa masyarakat pra aksara cenderung hidup di sekitar sungai dan daerah lembah?

C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT PRA AKSARA

Zaman pra aksara dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
  1. zaman batu, dan
  2. zaman logam.
Pembagian itu didasarkan pada alat - alat atau hasil kebudayaan yang mereka ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya. Secara skematis, pembagian zaman pra aksara dapat digambarkan sebagai berikut:

Disebut zaman batu karena hasil - hasil kebudayaan pada masa itu sebagian besar terbuat dari batu, mulai dari yang sedernaha dan kasar sampai pada yang baik dan halus. Perbedaan itu merupakan gambaran usia peralatan tersebut. Semakin sederhana dan kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman yang lebih tua, dan sebaliknya.
Zaman batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

  1. zaman batu tua (paleolitikum),
  2. zaman batu tengah (mesolitikum), dan
  3. zaman batu muda (neolitikum).
Di samping ketiga zaman batu itu, juga dikenal zaman batu besar (megalitikum).

Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial, alat - alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat - alat ini tidak dapat digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake. Alat - alat ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Chopper merupakan salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak. Oleh karena itu, chopper sering disebut sebagai kapak penetak. Mungkin kalian masih sulit membayangkan bagaimana cara menggunakan chopper. Misalnya, kalian akan memotong kayu yang basah atau tali yang besar, sementara kalian tidak memiliki alat pemotong, maka kalian dapat mengambil pecahan batu yang tajam. Kayu atau tali yang akan dipotong diletakan pada benda yang keras dan bagian yang akan dipotong dipukul dengan batu, maka kayu atau tali akan putus. Itulah, cara menggunakan kapak penetak atau chopper.
Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat - alat serpih. Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi - umbian dan kulit hewan.

Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.

Pada Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasil - hasil kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Konigwald di Ngandong pada tahun 1936 - 1941.
Pada Zaman Mesolitikum terdapat tiga macam kebudayaan yang berbeda satu sama lain, yaitu kebuadayaan:
  1. Bascon - Hoabin,
  2. Toale, dan
  3. Sampung.
Ketiga kebudayaan itu diperkirakan datang di Indonesia hampir bersamaan waktunya.

Kebudayaan Bascon - Hoabin ditemukan dalam goa - goa dan bukit - bukit kerang di Indo Cina, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Daerah - daerah itu merupakan wilayah yang saling berkaitan satu sama lainnya. Kebudayaan ini umumnya berupa alat dari batu kali yang bulat. Sering disebut sebagai ‘batu teras’ karena hanya dikerjakan satu sisi, sedangkan sisi yang lain dibiarkan tetap licin.

Sumateralith adalah salah jenis peralatan manusia pra aksara Indonesia yang berfungsi sebagai alat penetak, pemecah, pemotong, pelempar, penggali, dan lain - lain. Alat ini ditemukan di Sumatera dalam jumlah yang sangat banyak. Penemuan ini merupakan fenomena yang menarik karena berkaitan dengan kehidupan masyarakat pada waktu itu. Sekurang - kurangnya, penemuan itu merupakan bukti bahwa kehidupan masyarakat sudah semakin maju dengan kebutuhan yang semakin tinggi.

Hasil kebudayaan Toale dan yang serumpun umumnya, berupa kebudayaan ‘flake’ dan ‘blade’. Kebudayaan ini mendapat pengaruh kuat dari unsur ‘microlith’ sehingga menghasilkan alat - alat yang berukuran kecil dan terbuat dari batu yang mirip dengan ‘batu api’ di Eropa. Di samping itu, ditemukan alat - alat yang terbuat dari tulang dan kerang. Alat - alat ini sebagian besar merupakan alat berburu atau yang dipergunakan para nelayan.
Kebudayaan - kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Toale ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan goa - goa di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Di bawah ini adalah salah satu hasil kebuadayaan Toale dari Sulawesi Selatan yang memiliki ukuran lebih kecil, tetapi tampak lebih tajam dibandingkan dengan kapak genggam, kapak perimbas, atau jenis kapak lainnya.

Di samping alat - alat yang terbuat dari batu, juga ditemukan alat - alat yang terbuat dari tulang dan tanduk. Kedua jenis alat ini termasuk dalam hasil kebudayaan Toale.
Sementara, kebudayaan Sampung merupakan kebudayaan tulang dan tanduk yang ditemukan di desa Sampung, Ponorogo. Barang yang ditemukan berupa jarum, pisau, dan sudip. Pada lapisan yang lain telah ditemukan ‘mata panah’ yang terbuat dari kapur membatu. Di samping itu ditemukan juga beberapa kerangka manusia dan tulang binatang buas yang dibor (mungkin sebagai perhiasan atau jimat).
Tentang persebaran kebudayaan Toale tidak diketahui secara. Namun, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebudayaan ini telah berkembang di Sulawesi dan Flores.

Kira - kira 1000 tahun SM, telah datang bangsa - bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju dan tinggi derajatnya.Kira - kira 1000 tahun SM, telah datang bangsa - bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju dan tinggi derajatnya.

Mereka dikenal sebagai bangsa Probo Melayu dan Deutro Melayu. Beberapa kebudayaan mereka yang terpenting adalah sudah mengenal pertanian, berburu, menangkap ikan, memelihara ternak jinak (anjing, babi, dan ayam).

Sistem pertanian dilakukan dengan sederhana. Mereka menanam tanaman untuk beberapa kali dan sesudah itu ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat lain dan melaksanakan sistem pertanian yang sama untuk kemudian berpindah lagi. Sistem pertanian itu sangat tidak ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Mereka mulai hidup menetap, meski untuk waktu yang tidak lama. Mereka telah membangun pondok - pondok yang berbentuk persegi empat siku - siku, didirikan di atas tiang - tiang kayu, diding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah.

Sedangkan peralatan yang mereka pergunakan masih terbuat dari batu, tulang, dan tanduk. Meskipun demikian, peralatan itu telah dikerjakan lebih halus dan lebih tajam. Pola umum kebudayaan dari masa neolitikum adalah pahat persegi panjang. Alat - alat perkakas yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat dan Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Di samping itu, ditemukan beberapa jenis kapak (persegi dan lonjong) dalam jumlah yang banyak dan mata panah.

Berbagai jenis kapak yang ditemukan memiliki fungsi yang yang hampir. Pada masa neolitikum, perkembangan kapak lonjong dan beliung persegi sangat menonjol. Konon kedua jenis alat ini berasal dari daratan Asia Tenggara yang masuk ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur. Persebaran kapak lonjong dan beliung persegi dapat dilihat dalam peta di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian, peralatan manusia purba banyak ditemukan di berbagai wilayah, seperti daerah Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan Tambang Sawah (Bengkulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), daerah Timor Timur, Awang Bangkal (Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan). Beberapa peralatan yang penting dan banyak ditemukan, di antaranya:
  • Kapak perimbas. Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Kapak ini ditemukan hampir di daerah yang disebutkan di atas dan diperkirakan berasal dari lapisan yang sama dengan kehidupan Pithecanthropus. Kapak jenis juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Pilipina sehingga sering dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon-Hoabin.
  • Kapak penetak. Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih besar dan kasar. Kapak ini digunakan untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
  • Kapak genggam. Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara menggunakan kapak ini adalah menggenggam bagian yang kecil.
  • Pahat genggam. Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi - ubian yang dapat dimakan.
  • Alat serpih. Alat ini memiliki bentuk yang sederhana dan berdasarkan bentuknya alat diduga sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Alat ini banyak ditemukan di gua - gua dalam keadaan yang utuh. Di samping itu, alat ini juga ditemukan Sangiran (Jawa Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor.
  • Alat - alat dari tulang. Tampaknya, tulang - tulang binatang hasil buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain - lainnya. Alat - alat ini banyak ditemukan di Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu, pembuatan alat-alat ini sering disebut kebudayaan Sampung.
  • Blade, flake, dan microlith. Alat-alat ini banyak ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan gua - gua di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Semua alat - alat itu sering disebut sebagai kebudayaan Toale atau kebudayaan serumpun.
Di samping kebudayaan material, masyarakat pra aksara telah memiliki atau menghasilkan kebudayaan rohani. Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia, ketika mereka mulai mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat telah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan kepada orang telah meninggal. Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan tetap hidup dan pergi ke suatu tempat yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu atau berpengaruh dapat memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang mengalami kesulitan.

Sistem kepercayaan masyarakat terus berkembang. Penghormatan kepada roh nenek moyang dapat dilihat pada peninggalan - peninggalan berupa tugu batu seperti pada zaman megalitikum. Peninggalan megalitikum lebih banyak ditemukan pada tempat - tempat yang tinggi. Hal itu sesuai dengan kepercayaan bahwa roh nenek moyang bertempat tinggal pada tempat yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa manusia mulai menyadari kehidupannya berada di tengah - tengah alam semesta. Manusia menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang maha dahsyat di luar dirinya sendiri. Kekuatan itulah yang kemudian diketahui berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan, menghidupkan, memelihara, dan membinasakan alam semesta. Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan yang bersifat animisme, dinamisme, dan monoisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sedangkan monoisme merupakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebenarnya, zaman megalitikum bukan kelanjutan dari zaman batu sebelumnya. Megalitikum muncul bersamaan dengan zaman mesolotikum dan neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya, muncul kebudayaan batu besar (megalitikum) seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan sebagainya.

Sementara, zaman logam dibedakan menjadi 3 (tiga) zaman, yaitu:
  1. zaman Tembaga,
  2. zaman Perunggu, dan
  3. zaman Besi.
Namun, zaman Tembaga tidak pernah berkembang di Indonesia. Dengan demikian, zaman logam di Indonesia dimulai dari zaman Perunggu. Beberapa peninggalan dari zaman logam, di antaranya adalah nekara, bejana, dan kapak yang terbuat dari perunggu, serta belati dari besi.

Asal Usul Nenek Moyang

ASAL USUL NENEK MOYANG

Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia, seperti burung Cendrawasih.

Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan - perubahan itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.

Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.

Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti:

  1. Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat - alat perang.
  2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
  3. Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?

  4. Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah - daerah Australia.

Sementara, sekitar tahun 1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang berada di Campa terdesak oleh bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Mereka berpindah ke Kamboja dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semenanjung Malaka dan daerah Filipina. Dari Semenanjung Malaka, mereka melanjutkan perjalanannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sedangkan mereka yang berada di Filipina melanjutkan perjalanannya ke daerah Minahasa dan daerah - daerah sekitarnya.

Bertitik tolak dari pendapat - pendapat di atas, terdapat hal - hal yang menarik tentang asal - usul nenek moyang bangsa Indonesia.

  • Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan dan Campa. Argumen ini merujuk pada pendapat Moh. Ali dan Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM – 1500 SM terjadi gelombang perpindahan bangsa - bangsa di Yunan dan Campa sebagai akibat desakan bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Argumen ini diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama binatang, dan nama peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
  • Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Argumen ini merujuk pada pendapat Mohammad Yamin yang didukung dengan penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di wilayah Indonesia dalam jumlah yang banyak. Sementara, fosil dan artefak manusia tertua jarang ditemukan di daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang ditemukan di Cina dan diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari Indonesia, merupakan satu - satunya penemuan fosil manusia tertua di daratan Asia.
  • Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Oleh karena itu, bangsa Melayu ditempatkan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Argumen ini merujuk pada pendapat Hogen. Bangsa Melayu yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

Bangsa Proto Melayu

Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia melalui 2 (dua) jalan, yaitu:

  • Jalan barat dari Semenanjung Malaka ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
  • Jalan timur dari Semenanjung Malaka ke Filipina dan Minahasa, serta selanjutnya menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari kebudayaan Homo Sapiens di Indonesia. Kebuadayaan mereka adalah kebudayaan batu muda (neolitikum). Hasil - hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik sekali (halus). Kapak persegi merupakan hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu yang masuk ke Indonesia melalui jalan barat dan kapak lonjong melalui jalan timur. Keturunan bangsa Proto Melayu yang masih hidup hingga sekarang, di antaranya adalah suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua.

Bangsa Deutro Melayu

Sejak tahun 500 SM, bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang melalui jalan barat. Kebudayaan bangsa Deitro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan bangsa Proto Melayu. Hasil kebudayaan mereka terbuat dari logam (perunggu dan besi). Kebuadayaan mereka sering disebut kebudayaan Don Song, yaitu suatu nama kebudayaan di daerah Tonkin yang memiliki kesamaan dengan kebudayaan bangsa Deutro Melayu. Daerah Tonkin diperkirakan merupakan tempat asal bangsa Deutro Melayu, sebelum menyebar ke wilayah Indonesia. Hasil - hasil kebudayaan perunggu yang penting di Indonesia adalah kapak corong atau kapak sepatu, nekara, dan bejana perunggu. Keturunan bangsa Deutro Melayu yang masih hidup hingga sekarang, di antaranya suku bangsa Melayu, Batak, Minang, Jawa, Bugis.

Manusia Praaksara





Masyarakat Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah yang terletak di Myanmar (Birma). Pada waktu berpindah dari Yunan ke Indonesia, mereka belum mengenal tulisan. Oleh karena itu, mereka disebut masyarakat pra aksara. Tujuan perpindahan mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka hidup secara nomaden, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tempat - tempat yang menjadi tujuan mereka adalah tempat yang menghasilkan bahan makanan. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Untuk mencapai Indonesia tidak terlalu sulit karena pada waktu mereka berpindah, wilayah Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan dengan persamaan fauna (binatang) yang hidup di Indonesia dan daratan Asia.
Ketika sampai di Indonesia, mereka masih hidup secara nomaden. Lama kelamaan, kehidupan mereka mengalami kemajuan. Mereka mulai mengenal sistem bercocok tanam. Untuk keperluan bercocok tanam, mereka mulai menetap sementara. Setelah selesai bercocok tanam, mereka berpindah ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di tempat yang baru, mereka akan bercocok tanam dan hidup menetap sementara. Akhirnya, mereka akan kembali ke tempat semula apabila musim panen telah tiba. Kehidupan ini dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai masyarakat semi nomaden.

Kehidupan mereka terus berkembang dan akhirnya mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka tidak semata - mata bergantung kepada apa yang disediakan alam. Mereka mulai mengenal sistem pertanian dengan menanam berbagai jenis tanaman dan mulai memelihara ternak. Di samping itu, mereka mulai hidup secara bersama sehingga terbentuklah masyarakat pra sejarah. Mereka saling membantu dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Misalnya, untuk menangkap binatang buruan, mereka lakukan secara bersama - sama.

Untuk memudahkan cara memenuhi kebutuhan, masyarakat pra aksara mulai mengenal dan membuat peralatan. Alat - alat itu terbuat dari batu, tulang, kayu, atau logam. Alat - alat tersebut ada yang sangat kasar, agak halus, dan sangat halus bentuknya. Di samping itu, ada yang bulat, pipih, runcing, kecil, dan besar. Bentuk dan jenis alat - alat itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hidupnya. Sisa - sisa peralatan yang terbuat dari tulang dan kayu, umumnya telah membatu (menjadi batu) atau sering disebut fosil. Sisa - sisa peninggalan ini disebut sebagai hasil kebudayaan fisik (materi).

Masyarakat pra aksara sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Aliran kepercayaan ini disebut sebagai kebudayaan rohani.

Zaman Praaksara

Masa pra-aksara atau juga disebut juga masa prasejarah. Masa ini merupakan zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Manusia yang hidup pada zaman prasejarah disebut manusia purba. Peradaban manusia mulai berkembang sejak masa purba atau disebut masa pra-aksara. Apakah yang dimaksud masa pra-aksara? Pra-aksara berasal dari kata “pra” yang artinya sebelum dan “aksara” yang artinya tulisan. Jadi, masa pra-aksara arinya zaman ketika manuia belum mengenal tulisan.

            Dalam bahasa Inggris, masa prasejarah diebut “prehistory”. Prehistory berasal dari kata “pre” yang artinya sebelum dan “history” yang artinya sejarah. Jadi prehistory artinya sebelum zaman sejarah. Zaman prasejaah disebut juga zaman “nirleka”. Nirleka berasal dari kata “nir” yang artinya tidak dan “leka yang bearti tulisan. Jadi zaman nirleka juga berarti zaman ketika manusia tidak mengenal tulisan.
           
            Pada zaman pra-aksara manusia belum meninggalkan bukti-bukti tertulis. Bagaimanakah cara kita mempelajari kehidupan manusia pada zaman tersebut? Untuk mengetahui kehidupan pada masyarakat pada masa pra-aksara, kita dapat melakukan penelitian terhadap benda-benda purbakala yang ditemukan, misalnya fosil dan artefak.

            Fosil adalah sisa makhluk hidup dan tumbuhan yang telah membatu. Fosil yang dapat memberi petunjuk tentang kehidupan manusia zaman pra-aksara disebut fosil pandu atau “leitfosil”. Ilmu yang mempelajari tentang fosil adalah “palaentologi”. Sedangkan artefak adalah alat-alat yang digunakan oleh manusia purba untuk memenuhi kebutuhannya. Alat-alat tersebut terbuat dari batu, tulang,duri, maupun logam.

            Selain paleontologi, untuk mempelajari zaman prasejarah, para ahli benda purbakalajuga menggunakan ilmu lainnya, misalnya Paleoantropologi dan Geologi. Paleontropologi yaitu ilmu yang mempelajari cirri-ciri fisik manusia dari zzaman pra-aksara sampai sekarang. Sedangkan geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan tanah. Melalui ilmu ini kita dapat mengetahui umur fosil berdasarkan umur lapisan tanah atau batuan tempat ditemukannya fosil tersebut.

            Ada taiga macam cara mempelajari peninggalan sejarah zaman purba, yaitu secara Stratigrafi, Tipologi dan Kimiawi. Dibawah ini penjelasannya.

    1.Stratigrafi adalah cara mempelajari umur benda-banda peninggalan masa pra-aksara berdasarkan letaknya di dalam lapisan tanah. Semakin ke dalam lapisan batuan, usia benda tersebut semakin tua. Cara ini mempunyai kelemahan, karena beberapa kejadian alam dapat mengakibatkan benda lapisan atas belum tentu lebih muda dari lapisan di bawahnya.
    2.Tipologi adalah cara mempelajari umur benda-benda peninggalan sejarah berdasarkan bentuk dan jenisnya. Makin sederhana bentuk peninggalan itu, makin tua usia benda tersebut. Cara ini digunakan untuk mendukung cara stratigrafi.
    3.Kimiawi adalah cara mempelajari umur benda berdasarkan unsure-unsur kimia yang terkandung di dalam benda yang ditemukan.
Sampai sini saja postingan ini, semoga dapat menambah wawasan anda. Sampai jumpa.

Pertidaksamaan Linier Satu Variabel


  2.Pengertian PtLSV
  PtLSV adalah kalimat terbuka yang memuat tanda ketidaksamaan ( , , , ) dengan sebuah   huruf yang berpangkat satu.
 Contoh  PtLSV :                                             Contoh bukan PtLSV  :
 a)X + 2  10                                                         a) X – y  8
 b)3X – 4  25                                                          b) 2X2  20
3.Berbagai bentuk PtLSV
 Contoh :
a)      a -2  11                                                                  c) 2p + 5  p – 1
b)      X + 3  8                                                                  d) 2( m+3 )  m + 4
B.MENENTUKAN BENTUK SETARA DARI PtLSV
 1.PtLSV setara /ekuivalen (          ) adalah semua PtLSV yang memiliki  penyelesaian sama.
 Contoh :
 X + 5  7   ,   penyelesaiannya  X=2            Karena memiliki penyelesaian sama maka
 2X – 1  3 ,   penyelesaiannya  X=2            X+5 7            2X -1  3



 2.Menentukan Bentuk Setara  PtLSV
      Bentuk Setara  (          ) PtLSV , dapat diperoleh dengan cara :
a)      Kedua ruas ditambah / dikurangi dengan bilangan yang sama.
Contoh:
Tentukan bentuk setara dari  X + 3  8
Jawab :
      X + 3     8
      X + 3 – 3  8 – 3                         kedua ruas ditambah  -3
      X                                5
Jadi  X + 3    8  setara dengan  X  5
b)      Kedua ruas dikali/dibagi dengan bilangan positif yang sama.
  Contoh:
   Tentukan bentuk setara dengan 4X  12
    Jawab:
              4X  12
                                            kedua ruas dibagi 4
                 X    3
       Jadi  4X  12  setara dengan  X  3
c)      Kedua ruas dikali/dibagi dengan  bilangan
negatif yang sama, asal tanda ketidaksamaan langsung dibalik.
    Contoh:
    Tentukan  bentuk setara dari -3X 15.
    Jawab:
                  -3X  15
                          kedua ruas dibagi -3, tanda langsung dibalik.
                    X    -5
   Jadi  -3X  15 setara dengan  X  -5.

1.Menggambar Grafik Penyelesaian pada Garis Bilangan.        
  Contoh:
 Gambarlah grafik penyelesaian dari pertidaksamaan berikut.
 a)  X  4 ,   X  { -1,0,1,2,3,4,5 }
 b)  2  X  5 ,   X  { 0,1,2,3,4,5,5 }
 c)  X  5,   X R               
 d) X  3,   X R
 Jawab:
 2. Menentukan Penyelesaian PtLSV.
  Langkah-langkah menyelesaikan PtLSV.
   (i)Kedua ruas ditambah/dikurangi dengan bilangan yang sama.
  (ii)Kedua ruas dikali/dibagi bilangan POSITIF yang sama
B  Catatan.
Untuk menyelesaikan PtLSV bentuk pecahan, kalikan kedua ruas dengan KPK dari penyebut-penyebut terlebih dahulu.



  (iii)Kedua ruas dikali/dibagi dengan bilangan NEGATIF yang sama asal tanda ketidaksamaan dibalik.




 Contoh: (lengkapilah )
 Tentukan grafik dari pertidaksamaan berikut !
1)      2X - 3  7, X Bulat
Jawab:

           2X – 3  7
                  2X – 3 + 3  7 + 3                        ked  ruas ditambah 3
            2X  10
                                    kedua ruas dibagi 2 (tanda tetap )
                   X  5